Waktu saya masih SD dulu, ada sebuah alat peraga IPA yang menarik, yang sering ada kalau kita main ke perpustakaan. Fungsinya menunjukkan pergerakan matahari dan planet — bentuknya seperti di bawah ini.
(image credit: Wikimedia Commons
Mengapa menarik? Sebab, kalau kita menggerakkan satu planet, maka planet yang lain akan ikut bergerak juga. Itu karena di dalamnya terhubung dengan roda gigi. Sebagaimana tata surya aslinya bergerak teratur, begitu pula versi maketnya. Keteraturan itu diaproksimasi secara mekanik.
Tentunya bisa dibayangkan bagaimana rumitnya membuat alat seperti itu. Berapa pula harganya kalau dijual? :| Meskipun demikian kita cukup beruntung.
Seiring kemajuan teknologi, di masa kini simulasi astronomi tidak lagi harus mekanik, melainkan bisa secara digital. Tentu saja di baliknya ada perhitungan matematika. Asalkan mempunyai komputer — atau bahkan ponsel — kita bisa bermain dengan “miniatur alam semesta”. :D
Nah, salah satu simulator astronomi yang cukup bagus adalah Stellarium. Aplikasi ini bersifat open source dan tersedia untuk Windows, Linux, dan Mac.
Website: Stellarium.org
Spesifikasi Minimum:- Windows XP / OS X 10.7.4 / Linux
- 3D graphics card with OpenGL 2.1
- 256 MB RAM
- 150 MB disk space
Menatap Langit Virtual
Sebagaimana bisa ditebak dari namanya, Stellarium mempunyai prinsip kerja yang mirip dengan planetarium. Sebuah planetarium mempunyai layar berbentuk kubah, oleh karena itu kita bisa menoleh ke berbagai arah dan tetap melihat kaki langit.
Demikian pula dengan Stellarium, programnya mensimulasikan “kubah langit” di layar monitor. Pertama kali seusai loading, kita mendapat tampilan seperti berikut.
Ada langit, cakrawala, dan permukaan bumi juga. Meskipun demikian berbagai elemen itu dapat dinonaktifkan — membuat kita seolah melayang di tengah angkasa.
Nah, sekarang kita masuk ke topik yang lebih teknis.
Tak berbeda dengan program peta bintang sebangsanya, Stellarium memberikan pilihan lokasi. Kita bisa mensimulasikan penampakan langit di kota mana atau desa mana. Bahkan kita bisa menambahkan lokasi tersendiri — asal kita masukkan koordinat dan informasi ketinggian.
Ada juga preset yang rada ajaib: seolah-olah kita berdiri di Bulan atau Planet Mars. Meskipun begitu dalam skala besar tak banyak berpengaruh. Jadi bergeser saja peletakan planet dan rasi bintangnya. :P
Fitur lain yang juga standar adalah time travel, atau secara teknisnya, mensimulasikan posisi benda langit pada waktu yang kita pilih. Baik itu tahun 2000, 2030, atau bahkan 200 tahun sebelum Masehi bisa diset.
Sebagai pelengkap adalah percepatan atau akselerasi. Di dunia nyata, pergerakan bintang di langit sangat lambat, baru terlihat bedanya dalam hitungan minggu. Orang yang tidak biasa kadang susah membayangkan.
Oleh karena itu Stellarium memberikan opsi percepatan. Bisa saja pergerakan yang harusnya setahun dijadikan satu menit. Hasilnya akan ditampilkan berupa animasi — bisa kita stop dan lanjutkan sesuka hati.
Panel animasi dan percepatan
Meskipun demikian kelebihan Stellarium bukan cuma teknis-simulasi, melainkan juga aspek edukasi. Mengenai hal ini akan kita lihat di bagian selanjutnya.
Tentang Astronomi Multikultur (!)
Kalau boleh jujur, satu aspek paling berkesan dari Stellarium — terutama bagi saya yang pendidikannya bukan Astronomi — adalah penjelasan peta bintang. Orang sering bertanya, di mana miripnya “titik dan garis-garis” dengan singa (Leo) atau banteng (Taurus).
Nah, Stellarium mempunyai opsi menampilkan artwork — jadi terlihat kira-kira orang dulu membayangkan bentuk apa di rasi mana.
Misalnya contoh berikut, menampilkan konstelasi Orion. Jadi jelas kenapa istilah “Sabuk Orion” sangat populer.
Tentunya kalau bicara rasi bintang, kita harus menyebut yang familiar, yakni keluarga zodiak. Meskipun demikian tidak ada Athena yang tertancap panah maut. Anak sekarang nonton Saint Seiya juga nggak ya? :?:
Dari kiri-atas ke bawah: Leo, Cancer, Gemini
***
Meskipun demikian, yang sudah disebut di atas itu baru sebagian. Kita semua akrab dengan konstelasi Eropa, namun bagaimana dengan suku-budaya lain?
Di sinilah muncul kelebihan Stellarium yang khas. Bukan cuma versi Eropa, versi eksotis seperti Tiongkok dan Arab juga ada. Begitu pula versi Brasil. Bahkan peta bintang peradaban super-kuno, seperti Mesir, juga ada! :D
Tinggal pilih…
Sebagian contohnya dapat dilihat di bawah ini.
Peta Bintang versi Arab…
…Korea…
…Brasil…
…dan Mesir Kuno. Ada Horus!! :o
Sayangnya peradaban non-Eropa umumnya tidak mempunyai artwork. Meskipun begitu tetap membantu kita menyadari, bahwa tradisi mengamati bintang itu sifatnya universal.
Some More Advanced Stuff…
Bagian-bagian lainnya dari Stellarium cenderung teknis, dan sepertinya ditujukan untuk pengamat bintang yang lebih serius (bukan saya, jadi kurang mengerti). Informasi benda langitnya detail sekali. :?:
Ada juga simulator teleskop dan lensa yang njelimet. Meskipun begitu, seperti sudah disebut, itu bukan untuk saya. Kalau saya cukup nonton bintang-bintangnya sambil duduk manis. :lol:
Penutup dan Download
Program astronomi yang mantap, edukatif, dan — berhubung open source — maka bersifat gratis. Link download sudah dicantumkan di atas, namun sebagai penutup, ada baiknya ditaruh lagi di sini:
Khusus pengguna Linux, Stellarium umumnya ada di repository standar berbagai distro, jadi (harusnya) tak perlu lewat link di atas.
On related note: sebenarnya ada Stellarium versi Android, tapi sepertinya tidak gratis. Kurang tahu official atau tidak, sih. :-\
